Komposit Nata de Coco

Selain sebagai makanan pencuci mulut ditemukan juga fungsi nata de coco dalam bidang industri elektronik yaitu nata de coco digunakan sebagai bahan pembuat layar komputer atau layar televisi. Karena nata de coco dapat diolah menjadi material yang sangat kuat dan tahan panas juga lentur dan mampu untuk mentransmisikan cahaya. Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, Nata De Coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar Nata De Coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu 180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang sangat kuat. Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan 1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan ‚V.8 g/cm3) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa. Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah. Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan berbagai keunggulan.
Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas. Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV, sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor, kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.

Manfaat Nyata Aloe Vera (Lidah Buaya)

spike,the OLDEST cat, spike telah
meninggal 2 bulan setelah hari ulang tahunnya yang ke 31 pada bulan
juli 2001,dan menjadikan dia kucing tertua di dunia.dia dibawa dari
jalanan kota london oleh pemiliknya,dan hampir mati pada umur 19 tahun
karena diserang oleh seekor anjing.pemilik spike,sering menaruh gel
lidah buaya (ALOE VERA) pada makanannya.

Eat INACO Aloe Vera 🙂

Mr. Acetobacter is……

Nata Acetobacter is….

Classification

Bacteria; Protobacteria; Alphaproteobacteria; Rhodospiralles; Acetobacteraceae; Gluconacetobacter; Acetobacter xylinum

Other Names

Gluconoacetobacter xylinus

Description and significance

Acetobacter xylinum is a non-pathogenic mesophile identified by A.J Brown in 1886 due to its ability to produce cellulose.  In nature A. xylinum is found in soil and is commonly found on rotting fallen fruits.  It’s exceptional ability to produce cellulose has made it a common choice for researchers studying the biosynthesis of cellulose.

Cell structure, metabolism & life cycle

A. xylinum are gram-negative rods occurring as individuals, pairs, chains or small clusters.  Cellulase synthase is secreted at pores arranged longitudinally along the cell allowing A. xylinum create a floating matrix of cellulose. A. xylinum is an obligate aerobe which metabolizes primarily glucose which it uses in cellulose synthesis. The floating matrix allows the cells to rise to the surface of a media where oxygen is abundant. The pathway for cellulose synthesis are as follows Glucose (glucokinase), Glucose-6-Phosphate (phosphoglucomutase), Glucose-1-Phosphate (UDP-glucose pyrophosphorylase), UDP-Glucose (cellulose synthase), Cellulose.

Ecology

In nature A. xylinum in found in soil, sometimes in symbiosis with plats such as sugarcane or coffe plants. A. xylinum’s ideal growth conditions are at a pH between 5 and 6.8 at 30˚C in a complex media consisting of primarily glucose but other carbon sources can be used even in the production of cellulose.

Applications

A. xylinum can be isolated from the rotten fruit, vegetables and fermented coconut water.  Many strains of A. xylinum is capable of producing cellulose with various sources of sugar such as glucose, sucrose, fructose, invert sugar, ethanol and glycerol.   A. xylinum is able to grow at a pH of about 3.5 although generally the development of cellulose occurred in range pH 4.0 to 5.0.

A. xylinum is usually maintained in slanted tomato medium agar. 200 g fresh tomatoes are boiled in 500 ml distilled water for 30 minutes. The results are then filtered and mixed with 1 g yeast extract, 50 g sucrose, 2.5 g peptone and 20 g agar. Volume then made into a 1000 ml with water and sterilized at 121 C for 15 minutes.  A. xylinum was grown by streaking on agar and incubated at 30C for 4 days. Preparation of nata starter Acetobacter xylinum which has grown on agar slanted medium was inoculated in sterile glucose in each liter contains 20 g of yeast extract 5 g, peptone 5 g and 2.7 g K2HPO4.  pH is adjusted to 4.2 using acetic acid.  Incubation performed for 7 days at 30 C.

Coconut Milk as medium boiled for 3 minutes and 10% sucrose, pH is adjusted to 4.2 using glacial acetic acid.  Added nata starter 20%, the container is then covered with filter cloth and incubation for 15-20 days.  Harvested Nata Sheet formed nata taken and washed repeatedly to remove the acid acetate and cut into cubes. Pieces of the cube soaked in water for 24 hours with periodically changing water until the acid smell disappeared. And ready to be mixed or consumed by various processing methods.

INACO regards!!!

 

What is DIETARY FIBER?

Dietary fiber consists of non-starch polysaccharides found in food plants. Advantages of consuming fiber are the production of healthful compounds during the fermentation of soluble fiber, and insoluble fiber’s ability (via its passive hygroscopic properties) to increase bulk, soften stool and shorten transit time through the intestinal tract.
Why we eat INACO desserts?
INACO products (Nata de Coco, Aloe Vera, Pudding and Jelly) contain natural high dietary fibers help you fulfill dietary fiber daily intake to improve your body digestive systems. Benefits gained are:
– May reduce appetite, for diet purposes
– Reduces risk of heart disease by Lowers total and LDL cholesterol
– May reduce risk of colorectal cancer by Balances intestinal pH[28] and stimulates intestinal fermentation production of short-chain fatty acids
– Alleviates constipation by Adds bulk to the stool

Bibit Acetobacter xylinum dari Ampas Nenas

Kalau bakteri Acetobacter xylinum sulit diperoleh, maka ampas nenas dapat juga digunakan untuk memperoleh Acetobacter xylinum.

1. Buah nenas matang, dikupas dan dicuci bersih. Kemudian dibelah dan dipotong-potong kecil. Potongan-potongan ini dihancurkan dengan alat penghancur.

2. Hancuran nenas diperas sampai sari buahnya habis. Ampasnya dicampur dengan air dan gula pasir dengan perbandingan 6 : 3 : 1. Campuran ini diaduk merata dan dimasukkan kedalam botol jar, ditutup dengan kertas, dan diperam selama 2-3 minggu (sampai terbentuk lapisan putih diatasnya).

3. Larutan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan penginokulasi pembuatan nata de coco.

Proses Fermentasi Nata de Coco

Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietary fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikroba), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.  Untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.

Berbagai penelitian ilmiah mencoba menggantikan air buah kelapa dengan bahan lain seperti whey tahu, sari buah nenas, sari buah pisang dll. Kegiatan ilmiah ini menghasilkan produk yang akrab disebut nata de soya, nata de pina dll. INACO Nata de coco hanya menggunakan media Santan Kelapa (Coconut milk) yang dikembangkan sendiri sehingga menghasilkan Nata de coco yang putih alami dan berkualitas tinggi serta sehat.

Proses terbentuknya nata: sel-sel Acetobacter Xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa.  Pembentukan prekursor ini distimulir oleh adanya katalisator seperti Ca2+, Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa.
Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu bakteri yang membahayakan, bakteri yang merugikan dan bekteri yang menguntungkan. Adapun yang termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan antara lain adalah bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi, sedangkan ternasuk dalam kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri pembusuk makanan. Sementara yang termasuk dalam kelompok bakteri yang menguntungkan adalah jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan oleh manusia hingga menghasilkan produk yang berguna. Acetobacter xylinum merupakan salah satu contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam laktat pembentuk yoghurt, asinan dan lainnya.

Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon © dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.

Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi nata sebagai yang terapung di atas cairan setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi.

Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih (gula rafinasi). S ukrosa coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik.

Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium slfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah seperti ammonium sulfat & urea. Namun tentunya bukan merupakan bahan makanan alami.

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bias digunakan.

Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut starter nata. Bibit nata de coco merupakan suspensi sel A. xylinum. Untuk dapat membuat bibit nata de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini.

Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative.

Bakteri ini tidaa membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.

Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.

Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.

Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad a fase terjadi aktivitas metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.

Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolic yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fsae in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak disbanding jumlah sel mati.

Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matriks nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bisa berasal dari bahan anorganik seperti ZA, urea, dsb.  Tetapi bahan yang terbaik tentunya adalah bahan alami dari medium yang disarankan adalah santan kelapa.   Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.

Nata De Coco untuk Diet

INACO nata de coco for desserts

Daya tarik nata de coco terletak pada warnanya yang bening, teksturnya yang kenyal, dan rasanya yang sangat khas. Oleh karena itu, campuran nata di dalam berbagai minuman dingin sangat digemari oleh masyarakat luas. Terutama di daerah-daerah tropis, seperti di Tanah Air.

Penggunaan yang paling populer adalah sebagai dessert. Nata de coco juga dapat dinikmati sebagai campuran es buah, kolak, puding, es krim, koktail buah, manisan, atau dimakan begitu saja.

Dilihat dari sudut gizinya, nata tidak berarti apa-apa karena produk ini sangat miskin zat gizi. Kandungan gizi nata yang dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen air, 0,2 persen lemak, 12 mg kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, sedikit vitamin B1, sedikit protein, serta hanya 0,01 mikrogram riboflavin per 100 gramnya.

Beberapa tindakan fortifikasi dengan vitamin (niasin, riboflavin, vitamin B1, dan vitamin C) dan mineral (kalsium dan fosfor), telah dilakukan untuk meningkatkan nilai gizinya. Bahan-bahan tambahan ini stabil pada suhu kamar selama 11 bulan atau lebih. Untuk meningkatkan daya terima konsumen, nata de coco sering ditambah dengan ekstrak flavor atau esens, seperti: almond, pisang, jeruk, stroberi, vanila, dan lain-lain.

Karena kandungan gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk dimakan oleh siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk, sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Keunggulan lain dari nata de coco adalah kandungan serat (dietary fiber)-nya yang cukup tinggi, terutama selulosa.

Tanpa adanya serat dalam makanan, kita akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi (susah buang air besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar, radang apendiks, kencing manis, jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan adanya serat dari nata de coco atau bahan pangan lainnya, proses buang air besar menjadi teratur dan berbagai penyakit tersebut dapat dihindari.

Walaupun nata de coco rendah kandungan gizinya, cara mengonsumsi yang salah dapat menyebabkan kita menjadi gemuk. Proses menjadi gemuk tersebut tidak disebabkan oleh nata de coco itu sendiri. Penyebabnya adalah sirup yang terlalu manis atau bahan pencampur lainnya.
Oleh karena itu, hindari mengonsumsi nata de coco dengan campuran sirup yang terlalu manis atau bahan-bahan lain yang kaya kalori.

Nata de coco biasanya dijual dalam kemasan botol, kaleng, atau kantong plastik dengan menggunakan larutan gula sebagai media perendam. Tujuan penggunaan larutan gula ini adalah untuk mengawetkan nata de coco selama penyimpanan.

Bila kita ingin memakan nata de coco, sirup perendam tersebut sebaiknya kita buang agar nata tidak menjadi terlalu manis. Untuk lebih mengurangi kadar gula, sebaiknya nata de coco direndam terlebih dahulu di dalam air beberapa saat sebelum dikonsumsi.

Manfaat Air Kelapa

Air Kelapa, Segar dan Sarat Khasiat

Air kelapa kerap diasumsikan sebagai limbah atau paling banter sebagai air segar pengusir dahaga. Padahal, ia memiliki khasiat dan nilai gizi yang dahsyat. Banyak sekali manfaat air kelapa bila diolah dan dikemas dengan baik. Air kelapa bisa dibuat sebagai nata de coco, kecap, dan bahkan dijadikan salah satu minuman kesehatan semacan energy drink.

Secara khusus, air kelapa kaya akan potasium (kalium). Selain mineral, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi antara 1,7 sampai 2,6 persen) dan protein (0,07-0,55 persen). Karena komposisi gizi yang demikian itu, air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku produk pangan.

Di Filipina, air kelapa dimanfaatkan untuk proses pembuatan minuman, jelly, alkohol, dektran, cuka, dan nata de coco. Di Indonesia, air kelapa digunakan sebatas sebagai minuman (air kelapa muda) dan media pembuatan nata de coco. Yang tak kalah menarik, air kelapa juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional dan perawatan kecantikan. Sementara itu, daging buah kelapa muda yang masih seperti susu sangat baik dikonsumsi anak-anak yang menderita kekurangan gizi (nutritional defyciency).

Kaya gizi

Air kelapa memiliki karakteristik cita rasa yang khas. Di samping itu, air kelapa juga punya kandungan gizi, terutama mineral yang sangat baik untuk tubuh manusia. Kandungan yang terdapat dalam air kelapa tidak hanya unsur makro, tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang terdapat adalah karbon dan nitrogen.

Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, dan inositol. Unsur nitrogen berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin. Sebagai gambaran, kadar asam amino air kelapa lebih tinggi ketimbang asam amino dalam susu sapi.

Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan tubuh. Mineral tersebut di antaranya kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), dan sulfur (S). Yang cukup mencengangkan, dalam air kelapa juga ditemukan berbagai vitamin. Sebut saja vitamin C dan berbagai asam seperti, asam nikotinat, asam pantotenal, dan asam folat. Vitamin B kompleks yang dikandungnya antara lain niacin, riboflavin, dan thiamin.

Sarat khasiat

Buah yang nama botaninya adalah Cocos nucifera ini dikenal dengan nama “Wonder Food”. Disebut demikian karena banyak kandungan nutrisi di dalam buah itu yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Di beberapa daerah di tanah air, kelapa merupakan buah yang sakral bahkan cenderung “magis” karena perannya yang sangat penting dalam berbagai ritual keagamaan dan seremonia adat. Dalam mitologi Hindu, kelapa disebut sebagai Tree of Heaven karena kelapa dipercaya dapat membawa kekuatan, kesehatan, umur yang panjang, dan kedamaian.

Kandungan mineral alami dan protein berkualitas tinggi di dalam kelapa sangat baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel dalam tubuh. Airnya dikenal sebagai air mineral dan merupakan minuman penyegar. Kandungan gula yang terdapat pada air kelapa mudah diserap oleh tubuh. Air kelapa merupakan tonik yang sangat baik untuk kesehatan. Air yang terdapat dalam satu buah kelapa cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin C dalam sehari.

Seperti yang kita ketahui, walau kandungan nutrisi yang dikandung air kelapa cukup tinggi namun bersifat isotonik. Secara alami, air kelapa mudah memiliki komposisi mineral dan gula yang sempurna sehingga punya kesetimbangan elektrolit yang sempurna pula, sama halnya dengan cairan tubuh manusia. Itu sebabnya mengapa air kelapa dapat digunakan sebagai pengganti cairan infus. Mengingat komposisi mineral yang dikandungnya, air kelapa punyaipotensi besar untuk dikembangkan sebagai minuman isotonik alami.

Kita ingat, orang tua kita dulu sering memberi kelapa muda hijau ketika menderita demam atau campak. Mereka yakin air kelapa mampu menurunkan panas dalam. Ketika demam, air kelapa dan air putih diminum secara berselang seling untuk mengurangi panas dan rasa sakit.

Minuman air kelapa muda dan memakan dagingnya dapat meredakan kegerahan, mulut kering, demam dengan kehausan, serta penyakit diabetes. Selain itu, minum air kelapa muda dipercaya membuang racun dalam darah. Namun perlu diperhatikan, terlalu banyak minum air kelapa muda menyebabkan sedikit rasa lemas sementara. Bagi yang memiliki gangguan pada tulang, disarankan tidak mengonsumsi air kelapa berlebihan.

Selain itu, ada tradisi di masyarakat yang mengharuskan ibu yang sedang hamil tua untuk sering minum air kelapa muda. Air kelapa ini dipercaya dapat membersihkan janin di dalam rahim sehingga kelak jika si jabang bayi keluar, menjadi bersih, tidak kurapan seperti lemak kering yang menempel pada kulit si bayi.

Air kelapa juga dikenal sebagai obat tradisional kuno yang sangat efektif dalam membasmi berbagai jenis cacing merugikan di dalam usus. Juga sangat baik diminum di pagi hari sebelum mengonsumsi makanan lainnya. Hal itu sangat dianjurkan dilakukan bagi penderita gastritis atau hyperacidity.

Di samping itu, air kelapa sangat bermanfaat dalam pengobatan colitis, luka dalam lambung, diare, disentri, dan wasir. Air kelapa dapat pula mengatasi kerusakan sistem saluran cerna seperti mengurangi gas dalam lambung, mual-mual, dan salah cerna. Bila ditambah madu, sangat baik untuk diminum menjelang tidur bagi yang kesal dengan batuk kering yang diderita.

Bagi penderita kolera, campuran jus jeruk nipis dan air kelapa sangat membantu untuk penyembuhan. Manfaat lain, diketahui air kelapa bersifat diuretic sehingga ccocok untuk mengobati kerusakan saluran kemih, seperti sering kencing, albuminuria, serta membantu dalam penghancuran batu di saluran kemih maupun ginjal.

Dari beberapa penelitian, ternyata air kelapa juga dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya Acetobocter xylinum untuk produksi nata de coco. Bahkan, saat ini dikembangkan pembuatan minuman berenergi dari air kelapa sebagai alternatif dari sekian banyak minuman energi di pasaran.

Dari sekian banyak manfaat air kelapa, kiranya tidak berlebihan bilamana “air ajaib” ini senantiasa menyemarakkan acara berbuka puasa kita. Menyegarkan dan menyehatkan tentunya.

What is Nata de Coco?

Nata de coco is a chewy, translucent, jelly-like food product produced by the bacterial fermentation of coconut water. Nata de coco is most commonly sweetened as a candy or dessert, and can accompany many things including pickles, drinks, ice cream, puddings and fruit mixes.

“Nata de coco” comes from Spanish “Cream of Coconut”. Cream in this sense means the fat from the coconut milk.

Nata de coco is highly regarded for its high dietary fiber, and its zero fat and cholesterol content. No preservatives or other chemicals are added to Nata de coco. The nutritional values of coconut products vary according to the different stages of development. The mature coconut is a good source of iron and potassium. Approximately 86% of the calories in coconuts are from fat, most of which is saturated fat.

The primarily coconut water dessert is produced through a series of steps ranging from water extraction, mixing, fermentation, separating, cleaning, cutting to packaging.

Nutrients Unit Thai RDI* Composition of coconut products
N (c) 2 (11) 3
Ash 0.5 g 88.5
Moisture (Water) 84.4 g 45
Energy 61 kcal (255 kJ) 2.0
Protein 50 g** 0.7
Fat 65 g** 7.6
Total available carbohydrates include FIBTG 300 g** –
Dietary 25 g 1.2
Calcium (Ca) Milligram 800 58
Phosphorus (P) 800 mg 53
Iron (Fe) 15 mg –
Sodium (Na) 2400 mg –
Potassium (K) 3500 mg –
Copper (Cu) 2 mg –
Zinc (Zn) 15 mg –
Vitamin A (Retinol) 0 µg
β-Carotene 2031 µg
Total vitamin A (Retinol- Equivalent, RE) 800 µg 339
Vitamin B1 (ThiA) 1.5 mg –
Vitamin B2 (Ribf) 1.7 mg –
Niacin 20 mg** –
Vitamin C 60 mg –
* Percentage of the recommended daily intake in Thailand is based upon a 2,000 kcal (8.37 MJ) diet.
** % Energy distribution from protein, total fat and carbohydrate = 10:30:60, total saturated

fat = 10% of total energy. Source: Thai Food Composition Tables (1999), Institute of Nutrition, Mahidol University (INMU).